Sabtu, 14 Agustus 2010

Referensi Remaja Kala Kuncup Cinta Tumbuh di Hati

Oleh: Siti Sofiyah Hijayati*)

Judul:
Saat Kuncup Cinta Mekar di Hati, Panduan Islami untuk Remaja Agar Cintanya Tak Berbuah Petaka
Penulis:
Badiatul Muchlisin Asti
Cetakan:
Pertama, April, 2010
Tebal:
132 halaman
Harga:
Rp. 25. 000,-

Tidak sedikit buku-buku bersegmentasi remaja muslim mengusung tema tentang cinta. Buku karya Badiatul Muchlisin Asti ini salah satunya. Buku ini dapat menjadi salah satu referensi bagi remaja yang butuh panduan ketika di hatinya mulai tumbuh kuncup-kuncup cinta, yang 'rame' rasanya. Dalam buku ini, penulis berusaha menyajikan uraian yang mudah diterima pembaca.
Buku ini menjelaskan sekian alasan yang sangat logis dan tentunya sesuai tuntunan Islam yang mulia, mengenai tidak dianjurkannya memadu cinta sebelum menikah, alias pacaran. Karena, kuncup cinta yang mulai bermekaran memerlukan wadah yang tepat untuk tumbuh kembangnya. Dan pacaran 'isn't true place for it.

Dalam untaian nasihatnya, penulis buku ini menyuguhkan alternatif lain dari pintu segala jenis zina, yakni pacaran, di antaranya, adalah menikah atau puasa. Selain itu, untuk bisa terhindar dari hasrat untuk memasuki pintu terlarang itu adalah dengan menahan pandangan. Dalam bab inilah, dijelaskan manfaat menahan pandangan secara gamblang, yang diambil dari kitab karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Salah satu dari nasihat itu adalah, 'Membebaskan hati dari syahwat yang memabukkan dan kelalaian yang melenakan.' Dalam uraiannya, pandangan dapat diibaratkan seperti bara api yang dilemparkan ke dahan-dahan kering. Jika tidak membakar semuannya, tentu ia akan membakar sebagian di antaranya.

Pacaran, yang sekarang ini telah membudaya di kalangan remaja, merupakan salah satu misi penulis untuk bisa memberantasnya. Selain memaparkan segala hal buruk yang datang mengiringi hubungan pacaran, sekecil apapun tingkat maksiat dalam pacaran itu, penulis juga menyisipkan segala realitas, yang merupakan sebab dari hubungan pranikah itu. Walaupun terlihat terlalu vulgar dan terkadang membuat sedikit risih ketika membaca paparan tulisan yang menjelaskan berbagai kasus seperti pacaran yang kebablasan, terenggutnya keprawanan seorang wanita, dll. Serta terlalu provokatifnya penulis memaparkan berbagai hal-hal yang mendukung budaya pacaran ini, tapi itulah yang sebenarnya yang terjadi. sehingga hal ini bisa menjadi suatu pengetahuan baru bagi remaja yang belum terjerumus ke dalam lembah nista itu.

Selain itu, suguhan kisah cinta orang-orang shalih pun tak ketinggalan untuk ikut mempercantik setiap lembaran buku ini. Pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan oleh mereka para sahabat, seperti Abdullah bin Abu Bakar ra, Salman Al-Farisi dan Abu Darda, Bilal bin Rabah, yang tentunya lebih mantap didengar kisahnya dari kisah pejuang cinta di masa kini. Kisah-kisah lain, dari saudara-saudari kita, baik yang indah atau hitam kelam pun patut untuk bisa diambil pelajaran.

So, buku ini memang pantas untuk mengisi dan menguatkan kalbu untuk tetap konsis dalam Islam, dan menjaga cinta untuk bisa disemai di waktu yang tepat. Selamat membaca.......

*) Peresensi tinggal di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar